My Blog

My WordPress Blog

Gunungan Sekaten
Wisata

Mengupas Makna Gunungan, Hingga Tradisi Masyarakat

SOLO-Grebeg Sekaten sebagai Puncak peringatan Maulid Nabi Muhammad 2023 digelar Keraton Kasunanan Surakarta. Tidak hanya isi gunungan baik pria dan wanita, rangka bambu penyangga gunungan banyak diyakini warga dapat mendatangkan berkah, Kamis (28/9/2023).

Banyaknya warga masyarakat yang memadati halaman Masjid Agung untuk memperebutkan gunungan Keraton Kasunanan Surakarta, dalam grebeg sekaten menunjukan bahwa antusias masyarakat dalam tradisi tersebut telah mengakar kuat.

Hingga tiang bambu penyangga gunungan dalam Grebeg Sekaten itu juga ikut diperebutkan. Salah satunya Amyra(33), warga asal Kabupaten Karanganyar, yang ikut berebut gunungan dan mendapatkan batang bambu mengaku sering mengikuti tradisi grebeg sekaten.

Sambil menunjukan benda yang didapatkannya dari gunungan, yakni bambu, Amyra mengaku bambu kecil penyangga gunungan yang dia dapatkan akan disimpan supaya rejekinya banyak.

“Ya mau disimpan saja, buat kenang-kenangan. Katanya bisa mendatangkan rejeki,”ujar Amyra.

Pegiat sejarah Soloraya, R Sorojo, mengungkapkan Grebeg Maulud Keraton Surakarta intinya merupakan wujud syukur masyarakat terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa.

“Mestinya gunungan ini harus didoakan terlebih dahulu baru kemudian dibagikan kepada warga masyarakat, mestinya begitu. Karena kebiasaan banyaknya warga masyarakat yang tidak sabar akhirnya ya begitu,”ungkap R Surojo saat ditemui di Masjid Agung Surakarta, Kamis ( 28/9/2023).

Menurut R Surojo, esensi dari gunungan terletak pada doanya, bukan pada bendanya, pada doa yang terkandung di dalam isi gunungan seperti hasil bumi, buah dan lainnya.

“Etika seperti ini harus disadari masyarakat, bahwa kita datang ke Masjid Agung untuk melihat grebeg, Namun hakikatnya adalah wujud doa kepada Tuhan Yang Maha Esa.  Karena sudah diberi keselamatan, kesejahteraan baik diri sendiri, keluarga maupun bangsa dan negara. Seharusnya seperti itu,”katanya.

Terkait ada warga masyarakat yang mengambil rangka gunungan, R Surojo mengungkapkan, jika hal itu sangat kebablasan.

“Seharusnya yang diperebutkan itu yang dipasang pada gunungan, misalnya buahnya, sayurnya, bukan pada rangka gunungan. Karena masyarakat antusias sekali maka rangka gunungan diambil, mungkin bagi masyarakat itu sarana berkah. Kita tidak tau, tergantung motivasi dari masyarakat sendiri kan. Tapi pada hakikatnya gunungan itu dari raja mengeluarkan gunungan sebagai  bentuk syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,”pungkasnya. []