My Blog

My WordPress Blog

Desa Kedawung Mondokan
Wisata

Terus Berinovasi Desa Kedawung Mondokan Kembangkan Petani Milenial dan Desa Wisata

SRAGENHari ke sembilan rangkaian kegiatan Safari Ramadhan  duhur keliling dilaksanakan di desa Kedawung Kecamatan Mondokan dan ashar keliling di desa Jatitengah Kecamatan Sukodono.

Bupati Sragen dr. Kusdinar Untung Yuni Sukowati berkesempatan silaturahmi dengan warga desa Kedawung di Masjid Al Ikhlas Senin (10/4/2023).

Dalam kesempatan tersebut Kepala Desa Kedawung Riki Astono menyampaikan bahwa desa Kedawung sedang mengembangkan petani milenial yakni membuat terobosan menanam melon modern dengan sistem hidroponik dan fertigasi yang ditanam di media polybag.

Ditempat terpisah Riki menuturkan menanam melon di lahan yang kurang subur adalah sebuah tantangan. Karena wilayah kedawung  memiliki kelangkaan air sehingga tanah menjadi tidak subur,

Ia bercerita awal mula petani milenial digagas oleh beberapa anak muda untuk bertani di desa Kedawung. Kebun melon ini muncul setelah sebelumnya mereka gagal panen saat menanam jagung.

Kemudian mereka mencoba sistem pertanian modern menanam melon jenis premium menggunakan sistem hidroponik yang dikembangkan dengan Green House.

“Akhirnya banyak pemuda maupun petani lain yang juga tertarik. Melalui BUMDes kita membuat green house yang ditanami melon. Kami sudah beberapa kali panen dan hasilnya bagus. Sistem pertanian kami cukup modern dari yang biasanya dilakukan yaitu adanya teknologi sistem penyiraman fertigasi  (sistem drift) dimana tiap pagi dan sore tinggal menyalakan mesin yang dapat menyiram seluruh tanaman,”terang Riki.

Ia menerangkan dengan menggunakan polybag dapat mengurangi masalah  kelangkaan air dan tanah yang tidak subur. Tanaman melon ini juga sangat mudah ditanam jangka panennya yaitu 60 hari sudah dapat dipanen. Dalam satu pohon hanya menghasilkan satu buah.

“Melon ini sangat produktif. Satu tahun jika diasumsikan dua bulan panen dapat dipanen sebanyak 6x. Karena termasuk melon premium satu kilo harganya Rp25 ribu. Jika satu buah melon memiliki berat rat-rata 1,2 kilo maka satu pohon (1,2 x 25.000) harganya Rp30 ribu per tanaman,”jelasnya.

Kemudian untuk biaya produksi mulai dari polybag, tenaga, perawatan, pupuk, bibit membutuhkan biaya Rp 90 ribu per tanaman.

Ditambahkannya yang menjadi kendala adalah saat membuat green house itu membutuhkan biaya yang cukup besar. Mulai dari penyangga bambu Rp 100 ribu per meter persegi, peralatan pompa, pipa sistem fertigasi dan polybag untuk 300 tanaman membutuhkan biaya Rp 30 juta.

Ia berharap selain memiliki pertanian drift green house yang modern juga menjadi salah satu destinasi wisata petik buah sendiri seperti di Gemolong.

Dengan bersinergi dengan desa wisata akan mengembangkan sistem wisata untuk anak-anak seperti outing class untuk TK, SD dan SMP. Untuk itu mendukung hal tersebut, pihaknya berencana akan membangun kolam renang, tempat kuliner, dan pameran budaya.

“Rencana pembangunan desa wisata akan membutuhkan biaya yang sangat besar. Kira-kira bisa mencapai Rp 3 milyar. Kami akan mengusulkan program dari Kementrian Desa dan itu bisa mendapatkan bantuan mencapai Rp 2 milyar.  Selain itu kami akan membuat paket wisata bagi anak-anak seperti mengunjungi pabrik roti, melihat pertanian modern, ada home industri pembuatan kaos dan melihat bangunan peninggalan Belanda yaitu bekas pabrik nanas di dukuh Kedawung,”katanya.

Riki mengungkapkan melalui BUMDes pihaknya kini memiliki beberapa usaha seperti jasa internet untuk RT/RW dan telah melayani pelanggan sampai di luar desa Kedawung, peternakan sapi (desa menitipkan modal sapi sebanyak 7 ekor), dan konter jasa pengiriman barang JNT.

Terakhir Ia berharap dengan adanya desa wisata dapat berkembang secara signifikan salah satunya melalui pertanian modern. Selain menanam melon pihaknya juga menanam alpukat di tanah kas desa sehingga dengan inovasi yang telah dilakukan kedepan desa Kedawung dapat lebih maju dan sejahtera. []