SOLO-Sekolah Penggerak (SP) SD Muhammadiyah 1 Solo terima kunjungan Gerakan Swadaya Masyarakat (GSM) Kulon Progo yang bernaung di bawah lembaga Paguyuban Badan Musyawarah Masyarakat (PBMM) Mitra Anak Sejati yang saat ini bekerjasama dengan ChildFund International di Indonesia sedang menjalankan project bernama Literacy and Numeracy Upscaled (LINE UP) Digital Learning for All pada 10 sekolah dasar di wilayah Kulon Progo, Yogyakarta pada Selasa (15/8/2023).
Kepala Sekolah, Sri Sayekti menyambut baik kunjungan kali ini. Berdasarkan latar belakang bahwa siswa Indonesia mendapat nilai rendah dalam membaca, matematika dan sains sesuai laporan PISA Tahun 2018.
“Nilai rata-rata siswa Indonesia untuk membaca adalah 371, untuk matematika adalah 379 dan sains adalah 396 yang semuanya merupakan yang terendah di antara negara-negara peserta PISA,” jelasnya.
Pada tahun 2020, tingkat melek huruf di Kulon Progo mencapai 41,5% namun masih tergolong rendah karena berada di bawah 50% seperti yang dijelaskan oleh Komisi VI DPRD Kulon Progo.
Alasan rendahnya literasi anak-anak, antara lain, tidak ada akses ke bahan bacaan, kurangnya budaya membaca dan terbatasnya akses ke sumber daya online.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melakukan reformasi sistem pendidikan dan meluncurkan Kurikulum Merdeka. Merdeka berarti mandiri, di mana kurikulum ini sangat menekankan proses pembelajaran inklusif yang berpusat pada anak yang akan memungkinkan anak-anak untuk menumbuhkan potensi mereka.
Kurikulum Merdeka menjadikan guru untuk memiliki kapasitas yang memadai untuk memfasilitasi pembelajaran anak dengan keyakinan bahwa setiap anak dilahirkan dengan potensinya masing-masing.
Di sekolah tingkat dasar kurikulum berfokus pada peningkatan kompetensi dasar anak yang juga mencakup literasi dan numerasi. Nilai prestasi siswa tidak lagi ditentukan berdasarkan Ujian Nasional melainkan melalui Asesmen Nasional.
“Asesmen Nasional akan menilai kompetensi siswa melalui materi kompetensi dasar, literasi, dan numerasi. Penilaian Kompetensi Minimal ini membutuhkan infrastruktur TIK untuk meningkatkan tingkat literasi dan numerasi,”katanya.
ChildFund Internasional di Indonesia melihat potensi yang dimiliki Merdeka Belajar bagi anak-anak Indonesia, terutama dalam hal meningkatkan numerasi, literasi, dan kepemimpinan di kalangan siswa.
“ChildFund International di Indonesia menyelenggarakan kegiatan Literacy and Numeracy Upscaled (LINE UP) Digital for All yang akan berfokus pada peningkatan pembelajaran literasi dan numerasi berbasis digital,” ujar Project Coordinator LINE UP Ineke Amandha.
Humas Sekolah Jatmiko menyampaikan literasi dan numerasi (Litnum) di sekolah penggerak Litnum dalam kurikulum mengintegrasikan di mata pelajaran non matematika dan non Bahasa : Mengestimasi pertumbuhan makhluk hidup dan menyatakan prediksi dengan membuat bagan (IPAS) Memperkirakan berapa kalori yang dibakar untuk kegiatan fisik tertentu (PJOK).
Peningkatan intensitas pemanfaatan serta penerapan numerasi dalam proses belajar mengajar. Litnum Manajemen kelas. Jadwal membaca pagi. sarapan pagi. sudut baca.
“Litnum Melalui Pilihan dan Penggunaan model Pembelajaran : PBL, PJBL Secara kontekstual. Memanfaatkan secara optimal materi yang sudah tersedia di dalam kurikulum,”tandasnya. []