SOLO-SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta menggelar workshop pembelajaran berdiferensiasi di Grand HAP Hotel Solo, Senin (26/6/2023).
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan manifestasi pembelajaran berpihak kepada peserta didik yang dirancang, dilaksanakan dan dinilai untuk memenuhi kebutuhan individual siswa dengan memperhatikan kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar.
Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar siswa dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar.
Strategi pembelajaran berdiferensiasi ada 3 yaitu: diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk. Diferensiasi konten berhubungan dengan materi atau apa yang diajarkan pada murid dengan mempertimbangkan pemetaan kebutuhan belajar murid baik itu dalam aspek kesiapan belajar, aspek minat murid dan aspek profil belajar murid atau kombinasi dari ketiganya.
“Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran berkualitas. Maka sesuai pesan kepala sekolah penggerak Sri Sayekti MPd hari ini kita belajar bersama Widyaiswara Balai Besar Guru Penggerak Jawa Tengah Fety Marhayuni MPd bagi guru. Karyawan terkait Menumbuhkan Jiwa Kemuhammadiyahan oleh Reynal Falah dan Membangun Komitmen dan Loyalitas oleh Jaka Parsetya MPd,” ujar Wakil Kepala Sekolah bidang Humas, Jatmiko.
Diferensiasi proses menekankan pemahaman guru tentang proses belajar murid apakah secara berkelompok atau mandiri. Guru menetapkan jumlah bantuan yang akan diberikan pada murid-murid. Siapa sajakah murid yang membutuhkan bantuan dan siapa sajakah murid yang membutuhkan pertanyaan pemandu yang selanjutnya dapat belajar secara mandiri.
“Sedangkan, diferensiasi produk merupakan keberagaman dalam hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukkan pada guru bisa berbentuk karangan, tulisan, hasil tes, pertunjukan, presentasi, pidato, rekaman, diagram, dan sebagainya,” katanya.
Lalu, Drs Supraptono MPd menyampaikan, prinsip menulis soal di antaranya, valid: Mengujikan materi/kompetensi yang tepat. Reliabel: Konsisten hasil pengukurannya. Fair (Tidak merugikan pihak tertentu), jujur:
“Tingkat kesukaran soal = kemampuan siswa. Tidak menjebak. Materi yang diujikan sesuai dengan jenis tes dan bentuk soal yang digunakan. Menetapkan penskoran yang tepat. Seimbang atau balance. Materi yang diujikan=materi yang diajarkan. Waktu untuk mengerjakan soal sesuai. Mengurutkan soal dari yang mudah – sukar. Mengurutkan level kognitif dari yang rendah – tinggi. Mengurutkan/mengelompokkan jenis bentuk soal yang digunakan,” jelasnya.
Sementara, organisasi menulis soal dengan jelas petunjuk dan perintahnya. Urutan materi dalam tes = urutan materi yang diajarkan. Layout soal jelas dan mudah dibaca. Berpenampilan profesional.
“Transparan yaitu Jelas apa yang diujikan, tugasnya, dan kriteria penskorannya? Dan Harus hasil kerja siswa dan sesuai dengan dunia riil/nyata,” pungkasnya. []