KLATEN-Berita mengenai perang zionis Israel-Palestina memang menghiasai portal berita baik offline maupun online. Perang yang masih berlangsung selama periode 7-28 Oktober 2023 telah memakan korban jiwa jiwa dan luka sebanyak 6.144 meninggal dan 14.254 luka. Korban paling banyak dari sisi Palestina. Update terkini, bahkan Palestina dalam keadaan blackout, yaitu matinya jaringan listrik dan telekomunikasi.
Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan, kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Presiden pertama RI Soekarno tahun 1962 menyatakan, selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menentang penjajahan.
Sejalan dengan hal tersebut, Sekolah Alam Aqila mengadakan rangkaian kegiatan dalam rangka solidaritas untuk Palestina. Kegiatan pertama berupa Penggalangan Dana yang dilaksanakan pada hari Jum’at, 20 Oktober 2023. Seorang siswa kelas 6 rela memberikan tabungan umrohnya untuk disumbangkan ke Palestina.
Kegiatan selanjutnya diawali dengan sholat Dhuha secara berjama’ah lalu dilanjutkan penuturan cerita dan ilustri gambar oleh Husnul Khatmi, guru tahfidz SD Alam Aqila mengenai pentingnya Baitul Maqdis sebagai kiblat pertama umat Islam.
Acara selanjutnya Jumat (27/10) menampilkan aksi Fatihah, siswa kelas 3 SD Alam Aqila yang membaca puisi tentang Palestina. Puisi dengan judul “Aku Menatapmu Palestina” ini menceritakan tentang negeri penduduk negeri Palestina di mana mereka memiliki mental sekuat baja.
Bahkan anak-anak Palestina berani melempar batu kepada tentara musuh yang berselempang senjata. Pembacaan puisi yang diiringi dengan musik instrumental sukses mengubah suasana menjadi haru. Dalam baris terakhirnya, ada ajakan untuk membantu Palestina dengan banyak-banyak mengirim doa.
Untuk lebih menanamkan solidaritan Palestina, siswa SD Alam Aqila mengibarkan layang-layang di area persawahan yang belum ditanami. Banyak siswa membawa layang-layang mulai dari yang model biasa, sampai pegon ceper lengkap dengan sendarennya.
Bahkan ada 10 siswa yang membuat layang-layang dengan motif bendera Palestina. Gibran, siswa kelas 6 mengaku menambahkan ekor dengan motif bendera Palestina. Ia mengaku lembur hingga malam untuk menyelesaikan itu.
“Iya, ditambahkan ekor dengan warna hitam, putih, dan hijau, seperti bendera negara Palestina. Saya dan Hafiz lembur sampai jam 11 untuk menyelesaikannya. Kami sayang dengan saudara kami di sana, mereka tidak bisa sekolah, kehilangan rumah bahkan juva orang tua karena perang ini,”ujarnya.
Japik selaku fasilitator SASS menjelaskan, perasaan kami tentu sangat sedih sekali melihat saudara-saudara kami di Palestina.
“Karena kondisi perang disana sangat brutal sudah bisa dibilang sangat tidak manusiawi karena fasilitas kesehatan, juga fasilitas umum yang digunakan sebagai barak pengungsian juga ikut dihancurkan. Akses bantuan juga tidak bisa masuk karena pintu-pintu perbatasan ditutup. Dengan kegiatan ini siswa kami bisa belajar berempati dan merasakan perjuangan teman-temannya di Palestina,” ungkapnya.
Dana yang terkumpul sebesar 4.010.000 rupiah akan donasikan melalui Lembaga Filantropi Sekolah Alam, Salam Aid yang akan digabung dengan sekolah Alam lainnya se Indonesia. []