SOLO-Kota Solo merupakan salah satu dari banyak kota di tanah air yang identik dengan kulinernya, terutama pada hidangan keraton. Selain pecel dan bakmi toprak, ada juga nasi jemblung dan lodoh pindang, yang dahulu merupakan favorit para raja hingga bangsawan.
Selain memiliki Keraton Kasunanan Surakarta, kota Solo juga memiliki Pura Mangkunegaran, di zaman kolonial, keluarga keraton memiliki hubungan baik dengan negara-negara eropa, termasuk Belanda. Hingga pengaruh Belanda sangat kuat pada kreasi kuliner tradisional di kota bengawan ini.
Oleh karena itu, hidangan Belanda menjadi salah satu sajian keraton untuk menjamu tamu pada masa itu. Di antara berbagai hidangan, ada yang masyarakat awam tidak begitu mengenalnya, bahkan tidak mengetahuinya.
Seperti Nasi Jemblung dan Lodoh Pindang. Salah satu restoran di Solo yang masih menyajikan menu ini adalah Resto Roemahkoe yang berada di Jl Rajiman no. 501, Kecamatan Laweyan, dimana tempatnya juga bernuansa jawa.
Londoh pindang sendiri termasuk menu yang kerap disantap para bangsawan dan raja solo di masa lalu.
Sajian ini mirip perpaduan antara rawon dan sayur lodeh, isiannya berupa campuran dua sayur, yakni pindang daging dan krecek (rambak kulit daging sapi) serta telur bebek rebus dengan sayur lodeh.
Sementara, nasi jemblung, merupakan sajian nasi dicetak bentuk melingkar dengan lubang di tengah, lubang lalu diisi bistik (semur) lidah sapi yang empuk, campuran rasa manis gurihnya membuat banyak orang ketagihan.
Sekar Krisnauli, pengelola resto, menjelaskan, Suguhan nasi Jemblung melambangkan kekayaan jaman raja raja dahulu, Rasa gurih berasal dari pemakaian aneka rempah seperti pala, cengkeh dan saus kenari.
“Untuk menikmati seporsi Nasi Jemblung Lodoh Pindang tidak perlu merogoh kocek dalam dalam, anda cukup menyediakan Rp 35 hingga Rp 40 Ribu rupiah per porsi,”ungkapnya. []