SOLO-Mandor hingga para pekerja proyek Masjid Raya Sheikh Zayed, Solo, belum bayar makanan hingga rokok sampai ratusan juta rupiah. Meski pembangunan masjid selesai, pemilik warung sedih, uangnya belum kembali.
Dian Ekasari (38) pemilik warung makan, “Restu Bunda yang berada di Jalan Ahmad Yani, atau tepatnya di sebelah utara Masjid Raya Sheikh Zayed Solo, terlihat tidak bersemangat, lantaran hampir setiap hari harus memutar otak karena uang modal dagangan hingga laba dagangannya masih belum kembali.
Dian Ekasari (38) Warga RT 001/RW 015 Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Solo. Ditemui di warungnya. Jumat (17/3/2023). Menjelaskan detail perihal mandor yang hutang di warungnya hingga ratusan juta rupiah itu.
Dimana Dian mengaku, pada awalnya hanya berjualan mie ayam, bakso, dan kelapa muda, namun adanya pembangunan Masjid Raya Sheikh Zayed Solo serta permintaan mandor membuat Dian berjualan nasi, sayur, dan aneka lauk untuk pekerja proyek.
Dian menjelaskan salah satu mandor, G, asal Demak menitipkan 30 pekerja lalu keduanya membuat perjanjian pembayaran dua pekan sekali sejak sekitar 2020. Pembayaran untuk konsumsi termasuk rokok bagi pekerja lancar.
Selanjutnya ada dua mandor yang bergabung yakni G asal Purwodadi dengan 55 pekerja, dan N asal Demak dengan 65 orang pekerja. Namun, setelah berlangganan beberapa bulan ketiganya tidak lancar dalam pelunasan.
“Mandornya menalangi dulu, antara tukang dan warung, meskipun belum dibayar dari PT Waskita Karya [pelaksana proyek pembangunan Masjid Raya Sheikh Zayed]” kata Dian.
Dian mengatakan total piutang ketiga mandor tersebut sekitar Rp150 juta, termasuk rokok, dimana mandor beinisial G, asal Demak hutang Rp30 juta; mandor G, asal Purwodadi utang Rp55 juta, dan mandor N asal Demak Rp65.556.000.
Ibu dua anak tersebut juga mengaku masih menyimpan seluruh bukti mulai dari percakapan Whatsapp, rekaman, serta buku catatan.
Ditanya soal langkah selanjutnya, Dian memilih jalur kekeluargaan, pasalnya dirinya telah ke rumah G dan N di Demak lebih dari satu kali untuk menagih dan membuat surat pernyataan untuk berkomitmen melunasi disaksikan para istri mandor.
“Ya mereka para mandor itu sanggup mencicil paling banyak Rp2 juta awalnya titip Rp10 juta sampai Rp20 juta,” ungkapnya.
Dian juga prihatin dengan para mandor dan para pekerja proyek, yang mana dirinya mendengar bahwa pembayaran proyek pembangunan Masjid Raya Sheikh Zayed Solo tersendat. Bahkan, gaji para pekerja juga tidak dibayar.
“Karena pembayaran kepending. Mereka mengajukan Rp 10 juta mereka menerima Rp 8 juta. Ada juga dikasih Rp 200.000, bahkan ada yang menerima gaji sangat sedikit padahal dia sudah bekerja keras. Mereka lembur sampai jam 11 malam tidak terbayarkan, yang paling parah sekian puluh juta cuma dikasih Rp 200.000,” terangnya.
Dian berharap agar uangnya segera dilunasi, pasalnya sudah hampir tiga tahun bersabar, meski kehidupan sehari-hari harus gali lubang tutup lubang untuk memenuhi kebutuhan. []