SOLO-Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, kembali menggelar ritual Grebeg Syawal 1444 Hijriah. Tradisi yang semula khusyuk berubah riuh, seusai gunungan didoakan. Dimana masyarakat langsung menyerbu Gunungan Jaler di halaman Masjid Agung Surakarta, Minggu (23/4/2023).
Tradisi Grebeg Syawalan atau yang disebut juga dengan hajad dalem gunungan pareden yang digelar usai hari raya Idul Fitri, menjadi salah satu kegiatan penting bagi Keraton Kasunanan Surakarta, sebagai keraton yang memiliki kaitan erat dengan Islam dan perkembangannya di tanah Jawa.
Prosesi Grebeg Syawalan diawali dengan arak arakan prajurit kraton, kemudian disusul sepasang gunungan jaler dan wadon, serta penabuh gamelan dan abdi dalem.
Mereka berjalan dari sitihinggil Keraton Surakarta menuju masjid Agung Surakarta.
Sepasang gunungan yang berada di atas tand, dibawa oleh sejumlah abdi dalem keraton, dua buah gunungan tersebut merupakan gunungan jaler dan wadon (pria dan wanita), dimana gunungan pria dibuat dari hasil bumi yang terdiri dari berbagai jenis sayur mayur, buah-buahan serta telur asin. Sementara gunungan wanita terdiri dari aneka jenis rengginan.
Sesampainya di halaman Masjid Agung Surakarta, sepasang gunungan diletakkan dan didoakan.
Suasana yang semula khusyuk pun berubah riuh, saat warga berebut gunungan jaler atau gunungan pria yang terdiri dari berbagai jenis sayur sayuran dan telur asin.
Terik matahari tak menyurutkan warga ikut berebut gunungan, sementara gunungan estri (wadon), dibawa kembali menuju sitihinggil Keraton Surakarta.
Sejumlah warga meyakini, dengan membawa pulang hasil rebutan gunungan, akan mendapatkan rejeki yang berlimpah dan selalu diberi kesehatan.
Sri Wahyuni, salah satunya, yang mendapatkan sayuran dari gunungan jaler (pria) mengungkapkan, ”Dari dulu ikut berebut gunungan, biar dagangannya laris,”ujarnya.
Tidak hanya Sri Wahyuni, hal senada juga diungkapkan, Dwi Purwaningsih Rahayu, warga Kartasura, Sukoharjo. mengaku baru kali ini ikut rebutan gunungan,”Harapannya agar rezeki melimpah,”ungkapnya.
Tradisi grebeg gunungan syawal sendiri, selalu digelar Keraton Surakarta usai hari raya Idul Fitri dan hari-hari besar agama Islam lainya, yang merupakan tradisi rutin setiap tahun.
Untuk tahun ini Keraton Surakarta sengaja menggelarnya pada hari ke tiga usai lebaran untuk memberikan kesempatan para abdi dalem berlebaran dahulu. []