SOLO-Sejumlah massa yang menamakan dirinya GPKR (Gerakan Penegakan Kedaulatan Rakyat) Solo mengadakan aksi di depan gedung DPRD Solo, Jumat (15/3/2024).
Sambil membawa spanduk massa melakukan longmarch dari perempatan Fajar Indah menuju depan Gedung DPRD Solo.
Uniknya dalam aksi tersebut massa membawa sejumlah alat masak, mulai dari panci, wajan, alat penggorengan dan lain sebaginya.
Massa yang masyoritas terdiri dari emak-emak tersebut terus membunyikan alat masak dengan cara memukul-mukulnya. Hal ini dilakukan sebagai simbol atas diamnya orang melihat sebuah pelanggaran konstitusi.
Tak hanya itu massa di barisan belakang juga tampak membawa keranda yang diberi foto Jokowi, menurut Abi Ibrahim Hasmi, koordinator aksi hal itu merupakan simbol matinya demokrasi di negeri ini.
”Simbol keranda artinya matinya demokrasi, bahwa demokrasi di negara ini sudah hilang, hancur dan habis,” ujarnya.
Abi menambahkan, bahwa dalam aksi tuntutan yang pasti adalah tentang kecurangan Pemilu, karena Pemilu sudah nggak karuan. Dan penegakan Demokrasi, seperti yang kita lihat sekarang demokrasi sudah diinjak-injak nggak karuan, demokrasi sudah menurun.
Selain melakukan orasi secara bergantian massa juga melakukan audensi dan ditemui oleh Ketua DPRD Kota Solo Budi Prasetyo, Wakil Ketua DPRD Sugeng Riyanto, Ketua Fraksi PDIP YF Sukasno serta Ketua Komisi 1 DPRD Solo Suharsono.
Dalam aksi tersebut Ketua DPRD Solo juga menemui peserta aksi dan membacakan pernyataan sikap dan mendukung tentang hak angket.
Dalam aksi tersebut massa memberikan tuntutannya dengan diberi nama Tritura 2024.
Tolak Kebrutalan dan kebiadaban Pemilu 2024, dukung hak Angket DPR RI untuk membongkar praktik kecurangan Pilpres 2024 yang terstruktur sistemik massif serta Jokowi segera mundur dari jabatannya sebagai Presiden RI. []