SRAGEN-Memiliki kuku yang cantik, bersih dan penuh dengan hiasan menjadi trend kecantikan beberapa tahun ini di Indonesia termasuk di Kabupaten Sragen. Sudah banyak wanita memakai nail art dan gel extention untuk mempercantik jari-jarinya.
Seiring perkembangan tren kecantikan, Seni menghias atau merias kuku ini semakin berkembang di tengah kebutuhan kaum hawa untuk merawat dan mendandani kuku menjadi sehat dan cantik.
Selain untuk acara khusus seperti pernikahan atau pesta ulang tahun. Nail Art sendiri juga biasa digunakan untuk penampilan sehari-hari. Saat ini penggemar nail art tidak hanya dari kalangan menengah atas, selebgram, beauty blogger maupun beauty enthusiast.
Nail art sendiri dilakukan dengan cara melukis, menghias, meningkatkan, dan memperindah kuku. Seni menghias kuku ini tidak hanya membuat kuku semakin cantik dan indah, namun juga bisa menambah kantong pendapatan para perias kuku atau yang biasa disebut nailist.
Para nailist sendiri, bisa bekerja sebagai profesional di salon-salon kecantikan, freelance atau membuka studio Nail Art. Seperti yang dilakukan oleh Cindy Permata Sari (26 tahun). Sejak tahun 2021, Cindy membuka jasa merias kuku di rukonya, Kampung Ringinanom, Sragen Kulon, Sragen.
Berawal dari proses belajar pengerjaan nail art, ia melihat peluang usaha yang bisa dikembangkan menjadi bisnis dari kuku cantik ini. Menurutnya masyarakat tidak akan pernah bosan membahas tentang kecantikan dan berani membayar mahal agar terlihat cantik dan menarik. Selain itu usaha semacam ini masih jarang di Sragen.
“Karena dulu saya nyari nail art di Sragen yang sesuai keinginan saya tu masih susah. Terus bikin studio nail art pertama di Ringinanom (Sragen Kulon) dan Alhamdulillah.. Semakin berkembang dan bisa buka cabang kedua di Kuyang, Pantirejo, Sukodono,” ungkap Cindy.
Meskipun masih pemula, Cindy tidak main-main dengan usahanya tersebut. Ia pun sudah mengikuti lima kali kursus untuk mendalami nail art. Nailist yang ia rekrut pun harus mempunyai sertifikat kursus yang sudah melewati ujian kelayakan. Menurutnya dengan memiliki sertifikat tersebut akan menimbulkan rasa “lebih percaya” dari kliennya.
“Karena tidak semua studio Nail Art, yang Nailist nya memiliki sertifikat, baru saja kami juga melayani home service namun tentu saja dikenakan biaya ongkos tambahan,” ujarnya.
Cindy biasa mempromosikan beragam hasil nail art-nya melalui akun social media Instagram @cindy.beautybar Difeed instagramnya juga terpampang berbagai motif nail art yang unik dan berwarna-warni.
Meski baru dua tahun ia menggeluti usaha ini, kliennya pun tak hanya berasal dari Sragen, ada dari Surakarta (Jawa Tengah), hingga Ngawi (Jawa Timur).
“Alhamdulillah, banyak selebgram Sragen juga yang pernah nail art disini. Mereka tidak diendorse.” Jelasnya.
Untuk harga, Cindy mematok tarif mulai Rp 60 ribu – Rp 100 ribu sesuai tingkat kerumitan desainnya.
“Kalau yang mengerjakan tim (pegawainya) untuk nail art polos Rp. 60 ribu, dan motif Rp. 75 ribu. Sedangkan jika yang mengerjakan owner, polos Rp. 75 ribu, dan motif Rp. 100 ribu,” kata Cindy.
Berkat kreatifitasnya mengembangkan usaha Nail Art, Saat ini Ia bisa punya 5 karyawan dengan omzet per bulannya mencapai puluhan juta rupiah.
“Yang paling diminati, motif french nail, dan leopard nail. Kalau harga, desain 3D (timbul), lebih mahal. Di cindy beauty bar mengutamakan kualitas, terjamin kerapihannya dan kutek awet karena kami datangkan dari Korea Selatan. Desain yang paling mudah dan sulit insyaAllah bisa,” pungkasnya.
Tidak hanya bisnis Nail Art, Cindy juga akan membuka studio kecantikan lashes dan brow. []