SRAGEN-Belasan batik, kuliner, kaos, tas dan kuliner buatan para penyandang disabilitas digelar pada Pameran Gelar Karya Siswa di SLB Negeri Sragen dalam rangka Hari Disabilitas Internasional, Selasa (5/12/2023).
Selain gelaran karya seni buatan tangan-tangan kreatif mereka, para penyandang disabilitas jugamenampilkan talentanya dalam seni tari dan pantomim. Dengan rasa bahagia dan percaya diri, anak-anak mulai dari SD hingg SMA menari di hadapan tamu undangan.
Dinda, salah satu Guru SLB Negeri Sragen mengaku bangga pada anak didiknya yang punya berbagai macam talenta. Ada yang bisa menggambar, melukis, membuat batik, mendesain kaos, dan membuat custom lanyard.
Tidak hanya menghasilkan karya seni dan ketrampilan para siswa disabilitas lainnya juga dilatih kemandirian dengan aktivitas harian aseperti memasak, berkebun, bertani dan perikanan.
“Saat ini kami sedang mengembangkan batik kontemporer jadi tidak menggunakan pola-pola atau pakem tertentu dan lebih modern. Mulai dari batik cap, kuas maupun canting. Pembutan batik ini masuk pada pelajaran ketrampilan yang diterapkan pada anak SMP dan SMA,” terangnya.
Wendi salah satu peserta didik SLB Negeri Sragen yang juga penyandang tuna grahita tampak menikmati melukis batik menggunakan canting. Walaupun secara intelektual sedikit terlambat, Ia memiliki potensi dan kreativitas yang sangat luar biasa.
Dengan melukis, Ia memiliki ide-ide yang indah apalagi karya-karya batiknya telah diikutkan dalam berbagai perlombaan, sehingga membuat kreativitasnya semakin berkembang.
Selain batik kontemporer karya anak SLB Negeri Sragen ada pula Batik Sibori dan tote bag karya anak SLB-C YPSLB Gemolong. Fransiska, salah satu guru di SLB-C YPSLB Gemolong menuturkan batik sibori merupakan batik yang pembuatannya tidak menggunakan malam namun menggunakan perwarna baju yang ramah lingkungan.
“Teknik yang digunakan anak-anak kami sangat random. Motifnya tidak bisa sama, cara melipat, hingga teknik pencelupannya berbeda-beda. Mulai SD hingga SMP anak-anak kami latih membuat batik ini supaya menggali kreativitas mereka sejak dini,” ucapnya.
Proses pembuatan Batik Sibori memang hampir sama seperti pembuatan jumputan. Ada proses melipat, dicelupkan pada pewarna, didiamkan semalam, kemudian lipatan dibuka dan dijemur. Setelah kering baru dicuci dan dijemur lagi. Jika saat mencuci tidak bersih akan luntur namun masih bisa dicuci kembali sampai lunturnya hilang.
“Batik Sibori ini (adalah) proyek di tahun pertama tahun 2023 dengan mengaplikasikan cara-cara yang mudah dan tidak berbahaya, seperti proses mencelup dan memainkan warna. Jika memakai malam ada teknik mencelup dengan air panas,” urainya.
Sementara Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati mengapresiasi seluruh kegiatan yang membuat anak-anak disabilitas terlihat sangat bahagia.
“Ternyata benar-benar bisa dibuktikan bahwa semua anak itu sangat istimewa. Dengan pembawaan diri masing-masing semuanya sangat luar biasa. Ini pengalaman pertama bisa bergabung walaupun dahulu pernah ke sini kemungkinan anak-anaknya (yang dulu) sudah lulus,” ungkapnya.
Pada kesempatan itu, Yuni meminta acara Pameran Gelar Karya anak-anak disabilitas bisa dilaksanakan lebih meriah lagi tahun depan. Pameran akan dipilih yang terbaik untuk bisa dihadirkan pada Gelar Karya Tingkat Kabupaten.
“Kita berikan ruang bagi anak-anak SLB untuk menampilkan hasil karya mereka pada tahun depan di Alun-alun Sragen. Nanti mohon disiapkan sebaik-baiknya. Semoga kalian semua sehat, semangat dan tetap berkarya,” pungkasnya. []