SRAGEN–Dalam upaya melestarikan Budaya di wilayah Desa Gedong, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sragen menggelar Festival Peradaban Benowo Sonten yang dilaksanakan selama dua hari mulai (7-8/8/2023) di Komplek Cagar Budaya Masjid dan Makam Ki Ageng Butuh, Desa Gedonagan Kecamatan Plupuh.
Festival Benowo Sonten selanjutnya digelar di Pasar Tambak Kumandang Kamis (10/8/2023) di Pendopo Tambak Desa Sribit Kecamatan Sidoharjo.
Agenda pada kesempatan hari kedua kali ini, Selasa (8/8) digelar prosesi kirab gunungan Ki Ageng Butuh yang menampilkan 18 kreasi gunungan hasil bumi seperti sayur mayur dari masing-masing RT di Desa Gedongan yang berjumlah 18 gunungan yang kemudian usai didoakan diperebutkan oleh ratusan masyarakat sekitar yang dipercaya sebagai ngalap berkah sebagai bentuk rasa syukur atas hasil bumi yang melimpah.
Acara dibuka secara resmi oleh Bupati Sragen dr. Kusdinar Untung Yuni Sukowati. Turut hadir pada acara tersebut Anggota DPR RI Agustina Wilujeng Pramestuti, Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Ditjen Kebudayaan Kemedikbudristek, Pengageng Lembaga Dewan Adat GRAy. Koes Moertiyah, Ketua DPRD Kabupaten Sragen Suparno dan Forkopimda Sragen, Sekda Sragen serta sejumlah Kepala OPD Kabupaten Sragen.
Menurut sejarah, Benawi Sonten adalah nama kuno dari Bengawan Solo. Bengawan Solo merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa yang melewati 12 kota/Kabupaten mulai dari Jawa Tengah sampai dengan Jawa Timur.
Bengawan Solo pernah juga disebut sebagai Bengawan Wulayu, Bengawan Beton, Benawi Sangkrah, Bengawan Semanggi dan berubah menjadi Bengawan Sala. Seiring dengan berdirinya Keraton Surakarta Hadiningrat di Desa Sala.
Seluruh kegiatan merupakan kolaborasi antara Pemkab Sragen dan dua Desa yakni Desa Gedongan dan Desa Sribit serta didukung penuh oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) dan mendapat kepercayaan menjadi platform Kebudayaan Indonesiana.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sragen Prihantomo mengatakan latar belakang kolaborasi Festival tersebut salah satunya mengeksplorasi jejak peradaban di pinggir Bengawan Solo yang melintasi Sragen.
“Sehingga kolaborasi semacam ini perlu dilanjutkan di masa depan dengan harapan membantu desa pinggiran Sungai memiliki alternatif prosesi sebagai ikon budaya yang mampu meningkatkan daya tarik desa,”katanya.
Direktur Pengembangan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan (PTLK) Direktorat Jenderal Kebudayaan Restu Gunawan DR. Restu Gunawan mengapresisasi Pemkab Sragen dalam hal ini Bupati Sragen dengan semangat Gotong Royong berkomitmen dan kolaborasi di bidang kebudayaan sejak tahun 2019.
“Saya berpesan kepada teman-teman seniman jangan cepat berpuas dengan event ini harus ditingkatkan kualitasnya. Harus banyak referensi dan melihat festival-festival yang sudah mapan misalnya Jember Festival atau Banyuwangi Festival agar memiliki lagi kapasitas yang lebih baik. Kedepan teman-teman harus punya target agar kualitasnya semakin meningkat menjadi event yang terpublikasi secara nasional jika perlu menjadi Internasioanal,”ungkapnya.
Anggota DPR RI Agustina Wilujeng mengungkapkan apresiasi kepada Bupati Yuni atas komitmennya terhadap kebudayaan di Kabupaten Sragen yang sangat luar biasa. Ia mengatakan kebudayaan tidak hanya menjadi kebiasaan masyarakat Sragen saja namun direncanakan dalam jangka panjang untuk bisa menjadi destinasi pariwisata.
“Tahun depan bisa dibuatkan konektivitas yang bisa luncurkan secara nasional. Menurut saya ini merupakan roadmap budaya yang ada di beberapa Kabupaten. Sehingga kita tidak pedhot oyot. Saya kira ini juga menjadi salah satu bahan ajar bagi bapak/Ibu guru untuk para murid. Hal-hal inilah yang dahulu membuat kita bersemangat membebaskan diri dari para penjajah. Sehingga anak-anak bisa merasakan bagaimana kemerdekaan itu dicapai dengan semangat para pejuang kita,”jelasnya.
Sementara Pengageng Lembaga Dewan Adat (Sasana Wilapa Keraton Surakarta Hadiningrat) GRAy. Koes Moertiyah yang akrab disapa Gusti Mung menyatakan tradisi Benowo Sonten merupakan cerita Babad Tanah Jawi yang mana Eyang Kebo Kenongo dan Eyang Joko Tingkir saat itu pernah menyusuri Bengawan Solo menjadi salah satu rute perjalanan dari Pajang menuju Jawa Timur.
“Ibu Bupati saya titip makam para leluhur kami dari Keraton Surakarta Hadiningrat. Dan seluruh prosesi yang sudah dijalankan semoga berkah dan sejahtera untuk warga masyarakat sekitar khususnya juga untuk Kabupaten Sragen,”ucapnya.
Bupati Yuni mengatakan apresiasinya atas sinergitas yang tercipta dan dukungan dari Kemendikbudristek untuk Festival Benawi Sonten yang pertamakalinya dilaksanakan di Kabupaten Sragen.
“Alhamdullilah difasilitasi oleh Kementrian untuk menggali potensi budaya yang kita miliki. Makam Butuh itu menjadi satu rangkaian wilayah yang ada di aliran Bengawan Solo. Tadi ada Gusti Mung yang mengatakan Festival ini juga ada di Ponorogo dan Pati. Ini merupakan salah satu ikon Sragen bisa dikembangkan sehingga bisa menjadi festival rutin dan akan akan menjadi kalender pariwisata di Kabupaten Sragen,”katanya.
Ia bersyukur animo masyarakat sangat luar biasa terutama dari masyarakat sekitar dan warga Sragen. Ia berharap tahun depan dapat dikemas lebih baik lagi sehingga seluruh prosesi dapat dinikmati dan menjadi tujuan wisata bagi Tour and Travel agar dapat mampir dan menjadi kalender pariwisata Kabupaten Sragen.
“Sekarang seluruhnya masih diinisiasi oleh Kementrian. Semoga kerjasama ini bisa berlangsung terus dan nanti selanjutnya seperti yang disampaikan Bapak Restu akan ada Festival Tayub dan lainnya sehingga betul-betul menggali budaya dan potensi yang ada di Kabupaten Sragen yang belum tersentuh secara maksimal,”imbuhnya. []