SUKOHARJO-Menyambut 1 Suro, Kelompok masyarakat pelestari Petilasan Keraton Pajang di Desa Makamhaji, Kartasura, menggelar kirab budaya ganti songsong atau payung berjuluk Songsong Agung Tunggul Raja, penutup yoni berusia ratusan tahun peninggalan Kerajaan Pajang. Selasa (18/7/2023) sore.
Rombongan kirab diawali dengan prajurit berkuda dengan memakai busana adat Jawa, kemudian diikuti arak arakan kelompok masyarakat pelestari Petilasan Keraton Pajang, Kereta Kencana, hingga barisan masyarakat peduli budaya baik dari kalangan seniman maupun pelajar dari Soloraya serta Reog Ponorogo.
Mereka berjalan dari Petilasan Keraton Pajang mengelilingi Desa Makamhaji, sejauh kurang lebih tiga kilometer dan kembali lagi ke Petilasan.
Sesampainya di Petilasan Keraton Pajang, dilakukan serah terima Songsong Agung kepada juru kunci petilasan dan dilanjutkan dengan mengganti songsong atau payung berjuluk Songsong Agung Tunggul Raja yang digunakan sebagai penutup yoni berusia ratusan tahun peninggalan Kerajaan Pajang.
Riyanto Hadi Negoro (66), mantan juru kunci Petilasan Kraton Pajang, yang ikut dalam kirab menjelaskan, tradisi ini sendiri digelar setiap setiap tahun sekali di awal bulan Suro.
“Ya biar orang-orang pada tau kalau di sini itu kan kerajaan yang paling tua sebelum Kartasura dan Kasunanan,”katanya.
Riyanto menambahkan, yang menjadi peninggalan di Petilasan Keraton Pajang ini berupa situs berbentuk ompak kayu yang tadi ditutup songsong, “Ya itu peninggalan eyang Sultan Hadiwijaya,”jelasnya, Selasa (18/7/2023) sore.
Selain menyambut 1 suro, kirab budaya ganti songsong ini digelar untuk melestarikan budaya agar generasi muda tidak kehilangan jejak sejarah Keraton Pajang.
Sejarah mencatat Keraton Pajang, merupakan cikal bakal Dinasti Mataram. Berawal dari sebuah kerajaan kecil yang konon sudah ada sejak abad ke-14 di bawah kekuasaan Majapahit.
Saat ini hanya ditemukan petilasan Keraton Kasultanan Pajang yang terletak di Desa Makamhaji, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo.
Pada hari-hari tertentu Petilasan Keraton Pajang, ramai dikunjungi sekelompok orang dari berbagai daerah, kedatangan mereka kebanyakan untuk tirakat, mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa. []